Dampak Bullying di Lingkungan Siswa Sekolah

0
28
Dampak Bullying di Lingkungan Siswa Sekolah

Bullying adalah tindakan agresif yang dilakukan secara berulang oleh individu atau kelompok dengan tujuan untuk menyakiti dan mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat berbentuk fisik, verbal, emosional, maupun cyberbullying.

Dampak dari bullying tak hanya bersifat fisik, tetapi juga mental dan emosional. Bentuk prilaku verbalbullying yang mengemuka di media sosial dinyatakan dengan bentuk yang beragam dengan maksud yang beragam pula. Pada penelitian ini peneliti memaparkan verbalbullying yang mengemuka di media sosial yang bermaksud melucu atau menghadirkan kesan humor kepada khalayak dunia maya. Kasus ini menyedot banyak komentar terhadap gambar dan kalimat-kalimat yang tertera untuk mendeskripsikannya. Sang pemilik akun awalnya hanya iseng dan ingin menghadirkan sensasi humor. Namun, di sisi lain banyak komentar yang malah menuduhnya melecehkan suatu peristiwa atau seseorang. Yang kedua, yaitu verbalbullying dalam media sosial yang bermaksud menyindir. Kalimat-kalimat bullying dengan maksud menghina ini banyak mengemuka di media sosial dan menimbulkan komentar-komentar netizen sehingga banyak hal negatif yang mewarnai media sosial tersebut. Ketiga, verbalbullying yang bermaksud menasihati. Kalimat menasihati ini tidak semua sesuai dengan maksud ketika dilontarkan di media sosial. Banyak netizen yang akhirnya mem-bullyposting-an-posting-an yang bermaksud menasihati. Keempat, verbalbullying yang bermaksud menyindir banyak mengemuka di media sosial. Bentuk ini ditujukan untuk menyindir tokoh, seseorang atau suatu tempat secara tidak langsung. Kelima, verbalbullying yang bermaksud mengancam. Kalimat-kalimat negatif yang memuat verbalbullying mengancam ini ditujukan seseorang atau netizen untuk memberikan efek jera terhadap seseorang atau pelaku tindakan verbalbullying yang disampaikannya lewat media sosial[1].

Salah satu tanda bahwa seorang siswa mengalami bullying adalah penurunan motivasi untuk pergi ke sekolah. Misalnya, seorang siswa sering mengeluh sakit saat hendak berangkat ke sekolah, tetapi tidak ada masalah kesehatan saat diperiksa oleh dokter. Tanda lainnya meliputi penurunan prestasi belajar, pulang sekolah dengan baju kotor, atau pulang dalam keadaan kelaparan padahal membawa bekal saat berangkat ke sekolah. Gejala lainnya meliputi peningkatan rasa takut, murung, penurunan konsentrasi belajar, kecenderungan berbohong, menangis, kekurangan kepercayaan diri, serta keengganan untuk pergi ke sekolah dengan berbagai alasan. Gejala-gejala ini bisa menjadi indikasi bahwa siswa tersebut menjadi korban bullying di sekolah. Oleh karena itu, pengawasan yang lebih intensif terhadap siswa-siswa tersebut perlu dilakukan (Yamada & Setyowati, 2022). Bullying dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, terutama di sekolah, terutama di daerah yang minim pengawasan dari guru atau orang tua. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perilaku bullying antara lain kurangnya memiliki teman, kurangnya rasa percaya diri, dan merasa berbeda dengan teman-teman lainnya. Untuk mengatasi tindakan bullying yang terjadi di sekolah, telah dilakukan berbagai upaya, seperti kampanye anti bullying. Namun, kenyataannya tindakan bullying masih sering terjadi di sekolah-sekolah. Terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan untuk menghentikan bullying, yaitu menghentikan perilaku bullying pelaku, memberikan bantuan kepada korban, tidak memberikan perhatian kepada pelaku, melaporkan pelaku kepada pihak yang berwenang, dan memberikan motivasi kepada siswa[2].

Pencegahan Bullying membutuhkan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan masyarakat. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan, Membangun komunikasi terbuka dan saling menghormati dalam keluarga, Mengajarkan anak-anak untuk berani berkata “tidak” dan mencari bantuan saat mereka di-bully, Menerapkan kebijakan anti-bullying di sekolah dan memberikan pelatihan kepada guru dan staf,Meningkatkan edukasi tentang bullying kepada Masyarakat,Membuat komunitas yang inklusif dan menerima perbedaan.

Bullying adalah masalah serius yang membutuhkan perhatian dan tindakan nyata. Dengan memahami definisi, jenis, dampak, dan langkah-langkah pencegahannya, kita dapat bersama-sama membangun komunitas yang lebih aman dan inklusif, di mana setiap orang merasa dihargai dan dihormati. Mari kita jadikan bullying sebagai luka lama yang tak lagi menganga, melainkan menjadi pengingat untuk selalu menyebarkan kebaikan dan saling menghargai.


[1] N I Nyoman et al., “2 Pertama Diterima: 4 Agustus,” 2018.

[2] Riska Candrawati and Agung Setyawan, “ANALISIS PERILAKU BULLYING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR,” PANDU Jurnal Pendidikan Anak Dan Pendidikan Umum, vol. 1, 2023.

Penulis:
Nama : Siami
Kelas : D Non Reguler
Mata Kuliah : Manajemen Pendidikan Islam
Dosen Pembina : Dr. K. Muhammad Husni, M. PdI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here